Oleh Daeng Supriyanto
Puasa merupakan salah satu ibadah paling mulia dalam Islam. Jika berkaitan dengan puasa Ramadan, ia merupakan bagian dari rukun Islam yang wajib ditunaikan setiap muslim.
Mengenai puasa Ramadan, Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 185 mengenai kewajiban puasa “Beberapa hari yang ditentukan itu ialah] bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan [permulaan] Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda [antara yang hak dan yang batil]. Karena itu, barangsiapa yang mendapati bulan itu [Ramadan], maka hendaklah ia berpuasa … (QS. Al-Baqarah [2]: 185).
Dalam sabda Nabi Muhammad SAW: “Tiada seorang hamba pun yang berpuasa sehari dengan niat fisabilillah [semata-mata menuju kepada ketaatan kepada Allah], melainkan Allah akan menjauhkan wajahnya [dirinya] karena puasanya tadi, sejauh perjalanan tujuh puluh tahun dari neraka,” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Hadits Tentang Puasa yang Balasannya Langsung dari Allah SWT Saking besarnya pahala dan ganjaran yang disiapkan Allah SWT bagi hamba-hambanya yang berpuasa, tidak ada kalkulasi khusus secara matematis (misalnya pada sedekah yang dilipatgandakan 700 kali lipat yang tertera pada surah Al-Baqarah ayat 261).
Tidak demikian dengan puasa. Hanya Allah SWT yang mengetahui kadar amal hamba tersebut dan membalas langsung ibadah puasanya. Salah satu bukti besarnya pahala puasa itu tergambar dalam hadis qudsi bahwa Rasulullah SAW bersabda “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah ta’ala berfirman [yang artinya]: Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya,” (H.R. Muslim).
Pada hadis di atas, Allah SWT menjelaskan bahwa pahala puasa akan memperoleh pahala langsung dari Allah. Dia yang akan membalas ganjaran amal puasa tersebut berdasarkan kabijaksanaan-Nya.
Para ulama berupaya menafsirkan alasan kenapa balasan pahala puasa demikian besar, melebihi pahala ibadah-ibadah lainnya.
Ibadah puasa bersih dari unsur riya. Sebab, berbeda dari ibadah lainnya yang bisa dilihat mata, ibadah puasa merupakan rahasia antara seorang hamba dengan Allah SWT. Di depan manusia, seseorang bisa saja menyatakan bahwa ia berpuasa, padahal ketika sendiri, ia mungkin makan dan minum (tidak ada yang tahu, kecuali dirinya dan Allah SWT).
Ibadah puasa yang langsung dibalas Allah SWT menunjukkan bahwa puasa merupakan ibadah yang lebih dicintai Allah SWT dibandingkan ibadah-ibadah lainnya.
Diriwayatkan oleh Bukhari, 1761 dan Muslim, 1946 dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu berkata, Rasulullah sallallahu’alai wa sallam bersabda, “Allah berfirman, ‘Semua amal anak Adam untuknya kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.”
Ketika semua amal untuk Allah dan Dia yang akan membalasnya, maka para ulama berbeda pendapat dalam firman-Nya, “Puasa untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.” Mengapa puasa dikhususkan?
Puasa adalah sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar dari yang diharamkan Allah dan sabar terhadap takdir Allah yang menyakitkan dari lapar, haus dan lemahnya badan serta jiwa. Maka terkumpul di dalamnya tiga macam kesabaran. M
Maka layak orang puasa termasuk golongan orang-orang sabar. Sementara Allah telah berfirman, “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10). Wallahualam.